Rabu, 21 Desember 2011

Aspek Spiritual dalam "Kebudayaan"


Di mana saja masyarakat di alam raya ini(selain yang ateis), tentu punya angan-angan atau gagasan-gagasan masalah adanya supernatural (boven natuur). Memang tak mudah jika harus merumuskan yang Universal. Mungkin gagasan ini datang dari psikologi, atau ada yang mengatakan klo gagasan supernatural ini datang dari rasa takut oleh rasa-rasa kawatir pada sesama manusia yang tak bisa di atasi oleh dirinya.
Dalam rasa tak mampu ngatasi rasa kawatir ini menyebabkan tiap insan lalu kenceng memikirkan dan merasa klo di alam raya ini ada kekuatan-kekuatan yang maha kuat lebih kuat dari nalar orang ini sendiri.

Begitu juga dengan masalah-masalah yang yang mungkin otak dan nalar ini sudah tak bisa lagi memberi jawaban kadang membuat kita semua sampai pada gagasan masalah supernatural ini tadi, conto saja manusia hingga sekarang blom bisa menemukan rahasia hidup dan mati, rahasia keberuntungan dan juga bencana-bencana yang ada dan di hadapi.
Sehingga untuk menjawab masalah yang dalam wilayah supernatural ini manusia tentu memilih apa yang disebut religi. Kenyataan klo religi ini di banyaknya masalah punya pengaruh yang besar pada polah dan tingkah warga masyarakat. Maka mungkin dalam manfaatnya klo harus merenungkan dulu apa yang di maksud religi ini.
Di jaman dulu padangan masyarakat Eropa di masalah religi sangat minim sekali. Jika ngobrol masalah religi maka yang dimaksud ya ini agama Kristen, Katolik, atau gereja anglikan dll. Dari pandangan orang Eropa yang seperti ini maka tumbuh gambaran yang minim benar menurut religi dan pandangan yang lain dari Eropa.gambaran yang seperti seperti ini berjalan terus menerus di pola pikir misionaris dan para pengelana Eropa Barat dalam keberatan dan kekurangan waktu buat meneliti dan kurangya bahan-bahan juga menyebabkan salah pengertian orang-orang Eropa pada aspek religi dari masyarakat yang bukan Barat ini. Karena dari kesalah fahaman ini sampai-sampai di katakan orang-orang yang bukan Eropa ini tak pernah punya pikiran logis. (kok sangar ya :-O ). Dalam kerangka antropologi budaya/sosial, religi punya pengertian yang sangat luas.
Prof. J Van Baal, di bukunya: “SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEORI SAMPAI TAHUN 1970″ menyatakan klo yang di maksud religi yaitu tentang gagasan-gagasan yang di kaitkan oleh kenyataan dan semua tindakan yang tak di tentukan dengan Empiris, tapi semua tindakan ini di dasari dari gagasan-gagasan ini sendiri dan di terima dengan benar. Sesudah di sadari klo aspek religi ini punya arti yang baku di kehidupan di masyarakat, juga para masyarakat Eropa sendiri, maka orang-orang sama bangun mengadakan penelitian-penelitian tentang salah satu segi yang di katakan religi ini tadi. Hasil dari penelitian ini tadi maka terlihat segi-segi religi dalam masyarakat yang bukan Barat ini mempunyai aspek-aspek yang cukup rumit (komplek). penelitian yang lebih dalam banyak di jalani oleh sarjana-sarjana Antropologi yang menganut faham sturktualismr.  Dari penelitian ini di harapkan akan mendapat jawaban banyak masalah yang dalam waktu masih seperti teka-teki,  karna selama ini penelitian biasanya di jalani dari sudut pandang etika saja, tidak menggunakan pendekatan emic, atau kombinasi dari kebudayaan. Penelitian yang  seperti ini akan lebih menjamin adanya obyektifitas dari bahan yang di teliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar